“Hemat pangkal Kaya, Rajin pangkal Pandai”
Kata-kata di atas sudah kita dengar dari kecil, tetapi dengan berlalunya waktu kata-kata di atas hanya benar-benar menjadi kata-kata dan slogan saja.
Kita seringkali berpikir bahwa dengan hanya berhemat sedikit saja tidak akan membuat kita kaya. Dan kebiasaan tersebut terus berlanjut sampai ketika pendapatan kita cukup besar untuk ditabungkan.
Dan ironisnya, semakin besar pendapatan kita, semakin besar pula pengeluaran kita. Dan ironisnya lagi pendapatan yang besar tidak memberi jaminan bahwa orang tersebut memiliki tabungan yang cukup.
Jadi bagi yang pendapatannya tidak seberapa ..jangan minder dengan yang berpenghasilan besar. Karena orang yang berpenghasilan besar malah sering tidak pernah menabung.
Persiapkan Masa Depan Anda Sendiri
Persiapkan masa tua Anda dari Sekarang! Jangan menunda lagi, karena harga penundaan itu sangat mahal. Jadilah seorang yang kaya di masa pensiun nanti.
Tingkat kekayaan Anda bukan diukur hanya dengan nilai Rupiah Asset yang Anda miliki, tetapi berapa lama Rupiah Asset tersebut mencukupi kebutuhan sehari-hari Anda.
Kaya = Asset / Kebutuhan per bulan
Misal:
Budi telah berumur 55 tahun dan telah pensiun. Saat pensiun, Budi memiliki asset sebesar Rp. 50.000.000 (selain rumah yg ditempati saat ini). Pengeluaran bulanan Budi dan istrinya sekitar 2.000.000 / bulan.
Berarti kekayaan Budi adalah 25 bulan (50.000.000 : 2.000.000)
Artinya kekayaan Budi dan istrinya hanya cukup untuk 25 bulan saja, bila setelah itu masih ingin hidup layak, maka Budi atau istrinya harus bekerja lagi atau menggantungkan hidupnya ke anak-anaknya.
Saya yakin tidak ada seorang pun yang ingin masa pensiunnya nanti masih harus membanting tulang untuk mencari nafkah keluarga. Karena itu mulailah persiapkan Masa Depan Anda dengan lebih bertanggung jawab dan hati-hati.
Kembali Belajar Menabung
Menabung sudah bukan menjadi kebiasaan sebagian besar orang ketika mereka telah dewasa. Bila hal ini yang terjadi dengan Anda, maka saatnya sekarang kembali belajar menabung.
1. Sisihkan 10% dari Gaji Anda untuk ditabungkan
- Bila 10% terasa terlalu besar, mulailah dengan 1% dari gaji Anda
- Bila sudah terbiasa, maka tingkatkan tabungan Anda menjadi 2%, 3%, dan seterusnya sampai mencapai 10% dari gaji anda
Yang terpenting di sini adalah kekuatan untuk memulai dan konsisten dalam menabung.
2. Manfaatkan fasilitas Bank
- Pilihlah tabungan masa depan yang cukup fleksibel dalam pembayaran. Maksudnya kita diperbolehkan untuk menambah atau mengurangi tabungan bulanan kita sesuai dengan kemampuan kita pada saat tersebut
- Pastikan bahwa kita tidak bisa mendebit rekening tabungan tersebut sebelum jatuh temponya
3. Rencanakan pengeluaran selama 1 bulan
- Rencanakan pengeluaran selama 1 bulan
- Ambil uang secara tunai untuk pengeluaran selama 1 bulan
- Bagi uang tersebut secara mingguan (4 minggu)
Hal ini terasa agak kuno, tetapi pada kenyataannya sangat efektif untuk bisa hidup lebih hemat dan bertanggungjawab.
4. Buat Dana Cadangan
- Bila Anda tidak memiliki kartu kredit, ada baiknya membuat dana cadangan
- Jangan gunakan dana cadangan ini untuk keperluan apa pun
5. Tinggalkan kartu kredit di rumah
- Lunasi kartu kredit dan jangan digunakan lagi
- Tinggalkan dan simpan kartu kredit di rumah (bukan di dompet)
Gunakan kartu kredit bila benar-benar diperlukan saja
Investasi vs Menabung
Menabung biasanya untuk jangka pendek, misalnya menabung untuk membeli Televisi 29’ Flat, untuk membeli HP, dll.
Sedangkan Investasi untuk untuk jangka panjang, misalnya berinvestasi tanah/rumah, saham, reksadana, dll.
Biasanya dengan menabung kita akan mengambil nilai pokok tabungan kita + bunga.
Sedangkan dengan Investasi kita cukup mengambil pendapatan (passive income), misal penghasilan atas tanah/rumah yang disewakan, gain/kenaikan atas harga saham, dll
Menabung bisa menjadi langkah awal untuk Investasi yang akan menghasilkan pasive income.
Menabung Haram !
Menurut saya, hal ini tergantung dengan tujuan menabung itu sendiri.
Tujuan menabung di sini bukan untuk mendapatkan riba, melainkan belajar untuk bertanggungjawab dan berdisiplin diri terhadap masa depan.
Pada kenyataannya sebenarnya tingkat suku bunga tabungan selalu jauh lebih rendah dari tingkat inflasi.
Tetapi Anda masih bisa memilih tabungan jenis lainnya, misalnya emas, tabungan syariah, dll
Kedewasaan vs Menabung
Kedewasaan dan rasa bertanggungjawab terhadap diri sendiri untuk bisa hidup mandiri dan disiplin. Tanpa kedewasaan dan keinginan yang kuat untuk mandiri, menabung tidak akan pernah bisa dilakukan oleh seorang dewasa yang mempunyai kebutuhan hidup yang beraneka ragam.
Seorang yang dewasa tidak akan menghambur-hamburkan tenaga maupun uangnya untuk hal-hal yang tidak baik karena dia mengerti tujuan hidupnya. Dia bisa lebih bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri maupun keluarganya secara baik dan mandiri.
(^_~) v
Kamis, 20 Agustus 2009
Rabu, 12 Agustus 2009
Seribu Kelereng
Makin tua, aku makin menikmati Sabtu pagi. Mungkin karena adanya keheningan sunyi senyap sebab aku yang pertama bangun pagi, atau mungkin juga karena tak terkira gembiraku sebab tak usah masuk kerja. Apapun alasannya, beberapa jam pertama Sabtu pagi amat menyenangkan.
Beberapa minggu yang lalu, aku agak memaksa diriku ke dapur dengan membawa secangkir kopi hangat di satu tangan dan koran pagi itu di tangan lainnya. Apa yang biasa saya lakukan di Sabtu pagi, berubah menjadi saat yang tak terlupakan dalam hidup ini.
Begini kisahnya.
Aku keraskan suara radioku untuk mendengarkan suatu acara Bincang-bincang Sabtu Pagi. Aku dengar seseorang agak tua dengan suara emasnya. Ia sedang berbicara mengenai seribu kelereng kepada seseorang di telpon yang dipanggil "Tom". Aku tergelitik dan duduk ingin mendengarkan apa obrolannya.
"Dengar Tom, kedengarannya kau memang sibuk dengan pekerjaanmu. Aku yakin mereka menggajimu cukup banyak, tapi kan sangat sayang sekali kau harus meninggalkan rumah dan keluargamu terlalu sering. Sulit kupercaya kok ada anak muda yang harus bekerja 60 atau 70 jam seminggunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk menonton pertunjukan tarian putrimu pun kau tak sempat".
Ia melanjutkan : "Biar kuceritakan ini, Tom, sesuatu yang membantuku mengatur dan menjaga prioritas apa yang harus kulakukan dalam hidupku".
Lalu mulailah ia menerangkan teori "seribu kelereng" nya. "Begini Tom, suatu hari aku duduk-duduk dan mulai menghitung-hitung. Kan umumnya orang rata-rata hidup 75 tahun. Ya aku tahu, ada yang lebih dan ada yang kurang, tapi secara rata-rata umumnya kan sekitar 75 tahun. Lalu, aku kalikan 75 ini dengan 52 dan mendapatkan angka 3900 yang merupakan jumlah semua hari Sabtu yang rata-rata dimiliki seseorang selama hidupnya. Sekarang perhatikan benar-benar Tom, aku mau beranjak ke hal yang lebih penting".
"Tahu tidak, setelah aku berumur 55 tahun baru terpikir olehku semua detail ini", sambungnya, "dan pada saat itu aku kan sudah melewatkan 2800 hari Sabtu. Aku terbiasa memikirkan, andaikata aku bisa hidup sampai 75 tahun, maka buatku cuma tersisa sekitar 1000 hari Sabtu yang masih bisa kunikmati".
"Lalu aku pergi ke toko mainan dan membeli tiap butir kelereng yang ada. Aku butuh mengunjungi tiga toko, baru bisa mendapatkan 1000 kelereng itu. Kubawa pulang, kumasukkan dalam sebuah kotak plastik bening besar yang kuletakkan di tempat kerjaku, di samping radio. Setiap Sabtu sejak itu, aku selalu ambil sebutir kelereng dan membuangnya".
"Aku alami, bahwa dengan mengawasi kelereng-kelereng itu menghilang, aku lebih memfokuskan diri pada hal-hal yang betul-betul penting dalam hidupku. Sungguh, tak ada yang lebih berharga daripada mengamati waktumu di dunia ini menghilang dan berkurang, untuk menolongmu membenahi dan meluruskan segala prioritas hidupmu".
"Sekarang aku ingin memberikan pesan terakhir sebelum kuputuskan teleponmu dan mengajak keluar istriku tersayang untuk sarapan pagi. Pagi ini, kelereng terakhirku telah kuambil, kukeluarkan dari kotaknya. Aku berfikir, kalau aku sampai bertahan hingga Sabtu yang akan datang, maka Allah telah memberi aku dengan sedikit waktu tambahan ekstra untuk kuhabiskan dengan orang-orang yang kusayangi".
"Senang sekali bisa berbicara denganmu, Tom. Aku harap kau bisa melewatkan lebih banyak waktu dengan orang-orang yang kau kasihi, dan aku berharap suatu saat bisa berjumpa denganmu. Selamat pagi!"
Saat dia berhenti, begitu sunyi hening, jatuhnya satu jarum pun bisa terdengar! Untuk sejenak, bahkan moderator acara itupun membisu. Mungkin ia mau memberi para pendengarnya, kesempatan untuk memikirkan segalanya. Sebenarnya aku sudah merencanakan mau bekerja pagi itu, tetapi aku ganti acara, aku naik ke atas dan membangunkan istriku dengan sebuah kecupan.
"Ayo sayang, kuajak kau dan anak-anak ke luar, pergi sarapan".
"Lho, ada apa ini...?", tanyanya tersenyum.
"Ah, tidak ada apa-apa, tidak ada yang spesial", jawabku, "Kan sudah cukup lama kita tidak melewatkan hari Sabtu dengan anak-anak ? Oh ya, nanti kita berhenti juga di toko mainan ya? Aku butuh beli kelereng."
Beberapa minggu yang lalu, aku agak memaksa diriku ke dapur dengan membawa secangkir kopi hangat di satu tangan dan koran pagi itu di tangan lainnya. Apa yang biasa saya lakukan di Sabtu pagi, berubah menjadi saat yang tak terlupakan dalam hidup ini.
Begini kisahnya.
Aku keraskan suara radioku untuk mendengarkan suatu acara Bincang-bincang Sabtu Pagi. Aku dengar seseorang agak tua dengan suara emasnya. Ia sedang berbicara mengenai seribu kelereng kepada seseorang di telpon yang dipanggil "Tom". Aku tergelitik dan duduk ingin mendengarkan apa obrolannya.
"Dengar Tom, kedengarannya kau memang sibuk dengan pekerjaanmu. Aku yakin mereka menggajimu cukup banyak, tapi kan sangat sayang sekali kau harus meninggalkan rumah dan keluargamu terlalu sering. Sulit kupercaya kok ada anak muda yang harus bekerja 60 atau 70 jam seminggunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk menonton pertunjukan tarian putrimu pun kau tak sempat".
Ia melanjutkan : "Biar kuceritakan ini, Tom, sesuatu yang membantuku mengatur dan menjaga prioritas apa yang harus kulakukan dalam hidupku".
Lalu mulailah ia menerangkan teori "seribu kelereng" nya. "Begini Tom, suatu hari aku duduk-duduk dan mulai menghitung-hitung. Kan umumnya orang rata-rata hidup 75 tahun. Ya aku tahu, ada yang lebih dan ada yang kurang, tapi secara rata-rata umumnya kan sekitar 75 tahun. Lalu, aku kalikan 75 ini dengan 52 dan mendapatkan angka 3900 yang merupakan jumlah semua hari Sabtu yang rata-rata dimiliki seseorang selama hidupnya. Sekarang perhatikan benar-benar Tom, aku mau beranjak ke hal yang lebih penting".
"Tahu tidak, setelah aku berumur 55 tahun baru terpikir olehku semua detail ini", sambungnya, "dan pada saat itu aku kan sudah melewatkan 2800 hari Sabtu. Aku terbiasa memikirkan, andaikata aku bisa hidup sampai 75 tahun, maka buatku cuma tersisa sekitar 1000 hari Sabtu yang masih bisa kunikmati".
"Lalu aku pergi ke toko mainan dan membeli tiap butir kelereng yang ada. Aku butuh mengunjungi tiga toko, baru bisa mendapatkan 1000 kelereng itu. Kubawa pulang, kumasukkan dalam sebuah kotak plastik bening besar yang kuletakkan di tempat kerjaku, di samping radio. Setiap Sabtu sejak itu, aku selalu ambil sebutir kelereng dan membuangnya".
"Aku alami, bahwa dengan mengawasi kelereng-kelereng itu menghilang, aku lebih memfokuskan diri pada hal-hal yang betul-betul penting dalam hidupku. Sungguh, tak ada yang lebih berharga daripada mengamati waktumu di dunia ini menghilang dan berkurang, untuk menolongmu membenahi dan meluruskan segala prioritas hidupmu".
"Sekarang aku ingin memberikan pesan terakhir sebelum kuputuskan teleponmu dan mengajak keluar istriku tersayang untuk sarapan pagi. Pagi ini, kelereng terakhirku telah kuambil, kukeluarkan dari kotaknya. Aku berfikir, kalau aku sampai bertahan hingga Sabtu yang akan datang, maka Allah telah memberi aku dengan sedikit waktu tambahan ekstra untuk kuhabiskan dengan orang-orang yang kusayangi".
"Senang sekali bisa berbicara denganmu, Tom. Aku harap kau bisa melewatkan lebih banyak waktu dengan orang-orang yang kau kasihi, dan aku berharap suatu saat bisa berjumpa denganmu. Selamat pagi!"
Saat dia berhenti, begitu sunyi hening, jatuhnya satu jarum pun bisa terdengar! Untuk sejenak, bahkan moderator acara itupun membisu. Mungkin ia mau memberi para pendengarnya, kesempatan untuk memikirkan segalanya. Sebenarnya aku sudah merencanakan mau bekerja pagi itu, tetapi aku ganti acara, aku naik ke atas dan membangunkan istriku dengan sebuah kecupan.
"Ayo sayang, kuajak kau dan anak-anak ke luar, pergi sarapan".
"Lho, ada apa ini...?", tanyanya tersenyum.
"Ah, tidak ada apa-apa, tidak ada yang spesial", jawabku, "Kan sudah cukup lama kita tidak melewatkan hari Sabtu dengan anak-anak ? Oh ya, nanti kita berhenti juga di toko mainan ya? Aku butuh beli kelereng."
Langganan:
Postingan (Atom)